Al Baqarah Ayat 170, 174, 177, dan 178

By | 12 November 2018

Asbabun Nuzul Surah Al Baqarah Ayat 170, 174, 177, dan 178.
Membahas tentang sebab-sebab atau sejarah turunnya ayat-ayat Al Qur’an: surah Al Baqarah ayat ke-170, 174, 177, dan 178.

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَالُوْا بَلْ نَتَّبِعُ مَآ اَلْفَيْنَا عَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَا ۗ اَوَلَوْ كَانَ اٰبَاۤؤُهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ شَيْـًٔا وَّلَا يَهْتَدُوْنَ﴿۱۷۰

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.” Mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya).” Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk. (S. 2 : 170)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut diatas (S. 2 : 170) sehubungan dengan ajakan Rasulullah saw. kepada kaum yahudi untuk masuk Islam, serta memberikan kabar gembira, memperingatkan mereka akan siksaan Allah serta adzab-Nya. Rafi’ bin Huraimallah dan Malik bin ‘Auf dari kaum yahudi menjawab ajakan ini dengan berkata : “Hai Muhammad! Kami akan mengikuti jejak nenek moyang kami, karena mereka lebih pintar dan lebih baik daripada kami”. Ayat ini turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hanya mengikuti jejak nenek moyangnya.
*K. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.

اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَشْتَرُوْنَ بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًاۙ اُولٰۤىِٕكَ مَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ اِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ ۚوَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ﴿۱۷۴

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang tekah diturunkan Allah yaitu al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit(murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) kedalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. (S. 2 : 174)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut diatas (S. 2 : 174) dalam peristiwa sebagai berikut : pemimpin dan ‘ulama yahudi biasa mendapat persembahan dan sanjungan rakyat bawahnnya. Mereka mengharap agar Nabi yang akan diutus bukan dari kalangan mereka. Ketika Nabi Muhammad diutus bukan dari kalangan yahudi, mereka takut kehilangan sumber keuntungan, kedudukan dan pengaruh. Mereka ubah sifat-sifat Muhammad yang ada di kitab Taurat, dan mengumumkan kepada para pengikutnya dengan berkata : “Inilah sifat Nabi yang akan keluar di akhir zaman dan tidak sama dengan sifat Muhammad ini”.
*Diriwayatkan oleh at-Tsa’labi dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang Bersumber dari Ibnu ‘Abbas.

لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ﴿۱۷۷

Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (S. 2: 177)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Qatadah menerangkan tentang kaum yahudi yang menganggap bahwa yang baik itu shalat menghadap barat, sedang kaum nashara mengarah ke timur, sehingga turunlah ayat tersebut diatas (S. 2 : 177).
*K. Diriwayatkan oleh Abur-razzaq dari Ma’mar, yang bersumber dari Qatadah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil ‘Aliah.

Di dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut diatas (S. 2 : 177) sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan kepada Rasulullah saw. tentang “Al-Bir”(kebaikan). Setelah turun ayat tersebut diatas (S. 2 : 177) Rasulullah memanggil kembali orang itu, dan dibacakannya ayat tersebut kepada orang tadi. Peristiwa itu terjadi sebelum diwajibkan shalat fardlu. Pada waktu itu apabila seseorang telah mengucapkan “Asyhadu alla ilaha illahah, waassyhadu anna Muhammadan ‘Abduhu warasuluh”, kemudian meninggala disaat ia tetap iman, harapan besar ia mendapat kebaikan. Akan tetapi kaum yahudi menganggap yang baik itu ialah apabila shalat mengarah ke barat, sedang kaum nashara mengarah ke timur.
*Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir yang bersumber dari Qatadah.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِى الْقَتْلٰىۗ اَلْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْاُنْثٰى بِالْاُنْثٰىۗ فَمَنْ عُفِيَ لَهٗ مِنْ اَخِيْهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ ۢبِالْمَعْرُوْفِ وَاَدَاۤءٌ اِلَيْهِ بِاِحْسَانٍ ۗ ذٰلِكَ تَخْفِيْفٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ ۗفَمَنِ اعْتَدٰى بَعْدَ ذٰلِكَ فَلَهٗ عَذَابٌ اَلِيْمٌ﴿۱۷۸

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi barangsiapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, dan membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Barangsiapa melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih. (S. 2 : 178)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Islam hampir disyariatkan, pada jaman Jahiliyyah ada dua suku bangsa Arab berperang satu sama lainnya. Diantara mereka ada yang terbunuh dan yang luka-luka, bahkan mereka membunuh hamba sahaya dan wanita. Mereka belum sempat membalas dendam karena mereka masuk Islam. Masing-masing menyombongkan dirinya dengan jumlah pasukan dan kekayaannya serta bersumpah tidak ridla apabila hamba-hamba sahaya yang terbunuh itu tidak diganti dengan orang merdeka, wanita diganti dengan pria. Maka turunlah ayat tersebut diatas (S. 2 : 178) yang menegaskan hukum qishash.
*Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Jubair.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *