Al Baqarah Ayat 190-193

By | 15 November 2018

Asbabun Nuzul Surah Al Baqarah Ayat 190, 191, 192, dan 193.
Menerangkan latar belakang sejarah/historis turunnya ayat-ayat Al Qur’an: surah Al Baqarah ayat ke-190, 191, 192, dan 193.

وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ﴿۱۹۰

وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ وَالْفِتْنَةُ اَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ۚ وَلَا تُقَاتِلُوْهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتّٰى يُقٰتِلُوْكُمْ فِيْهِۚ فَاِنْ قٰتَلُوْكُمْ فَاقْتُلُوْهُمْۗ كَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ﴿۱۹۱

فَاِنِ انْتَهَوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ﴿۱۹۲

وَقٰتِلُوْهُمْ حَتّٰى لَا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ وَّيَكُوْنَ الدِّيْنُ لِلّٰهِ ۗ فَاِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ اِلَّا عَلَى الظّٰلِمِيْنَ﴿۱۹۳

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (S. 2: 190)

Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir. (S. 2: 191)

Tetapi jika mereka berhenti, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (S. 2: 192)

Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali terhadap orang-orang zalim. (S. 2: 193)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan “perdamaian di Hudaibiah”, yaitu ketika Rasulullah saw. dicegat oleh kaum Quraisy untuk memasuki Baitullah. Adapun isi perdamaian tersebut antara lain, agar Kaum Muslimin menunaikan umrahnya pada tahun berikutnya. Ketika Rasulullah saw. beserta sahabatnya mempersiapkan diri untuk melaksanakan umrah tersebut sesuai dengan perjanjian, para sahabat kawatir kalau orang-orang Quraisy tidak menepati janjinya, bahkan memerangi dan menghalangi mereka masuk di Masjidilharam, padahal Kaum Muslimin enggan berperang pada bulan haram. Turunnya “waqatilu fi sabilillahil ladzina (S. 2: 190) sampai (S.2 : 193)” membenarkan berperang untuk membalas serangan musuh.
*Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh, yang Bersumber dari Ibnu Abbas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *