Asbabun Nuzul Surah Al Baqarah Ayat 118, 119, dan 120
وَقَالَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ لَوْلَا يُكَلِّمُنَا اللّٰهُ اَوْ تَأْتِيْنَآ اٰيَةٌ ۗ كَذٰلِكَ قَالَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِّثْلَ قَوْلِهِمْ ۗ تَشَابَهَتْ قُلُوْبُهُمْ ۗ قَدْ بَيَّنَّا الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ﴿۱۱۸
Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata, “Mengapa Allah tidak berbicara dengan kita atau datang tanda-tanda (kekuasaan-Nya) kepada kita?” Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah berkata seperti ucapan mereka itu. Hati mereka serupa. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang yang yakin. (S. 2 : 118)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2 : 118) sehubungan dengan Rafi’ bin Khuzaimah. Ketika itu ia berkata kepada Rasulullah saw. :”Jika tuan seorang Rasulullah sebagaimana tuan katakan, mintalah kepada Allah agar Ia berbicara (langsung) kepada kami sehingga kami mendengar perkataan-Nya.
Ayat ini (S. 2 : 118) turun sebagai penjelasan bahwa kalau pun Allah mengabulkan permintaan mereka, mereka akan tetap kufur.
*Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.
اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًاۙ وَّلَا تُسْـَٔلُ عَنْ اَصْحٰبِ الْجَحِيْمِ ﴿۱۱۹
Sungguh, Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan engkau tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka. (S. 2 :19)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Betapa inginnya aku tahu nasib ibu bapakku”. Maka turunlah ayat tersebut diatas (S. 2 :19). Rasulullah saw. tidak menyebut-nyebut lagi kedua ibu bapaknya hingga wafatnya.
Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa Nabi bertugas sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.
Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dari at-Tsauri, dari Musa bin ‘Ubaidah, yang bersumber dari Muhammad Ibnu Ka’b al-Qarzhi. Hadist ini mursal.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pada suatu hari berdo’a : “Di mana kedua ibu bapakku kini berada?”. Maka turunlah ayat tersebut diatas (S. 2 : 199).
*Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Juraij yang bersumber dari Dawud bin Abi ‘Ashim. Hadist inipun mursal.
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى ۗ وَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ﴿۱۲۰
orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. (S. 2: 120)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum yahudi Madinah dan kaum nashara Najran mengharap agar Nabi saw. shalat menghadap qiblat mereka. Ketika Allah swt. membelokkan qiblat itu ke Ka’bah, mereka merasa berkeberatan. Mereka merasa berkomplot dan berusaha agar supaya Nabi saw. menyutujui qiblat sesuai dengan agama mereka. Maka turunlah ayat tersebut diatas (S. 2 : 120), yang menegasakan bahwa orang-orang yahudi dan nashara tidak akan senang kepada Nabi Muhammad walaupun keinginannya dikabulkan.
* Diriwayatkan oleh at-Tsa’labi yang bersumber dari Ibnu Abbas.
Terima kasih