Asbabun Nuzul Surah Al Baqarah Ayat 104 dan 106
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقُوْلُوْا رَاعِنَا وَقُوْلُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوْا وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ﴿۱۰۴
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): “Raa ‘ina”, tetapi berkatakanlah ‘Undhurna’, dan dengarlah, dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih. (S. 2 : 104)
Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahwa dua orang yahudi bernama Malik bin Shaif dan Rifa’ah bin Zaid, apabila bertemu dengan Nabi saw. mereka mengucapkan : “Ra’ina sam’aka was ma’ghaira musmai’in” [4] Kaum Muslimin mengira bahwa kata-kata itu adalah ucapan ahli kitab untuk menghormati Nabi-Nabinya. Mereka pun mengucapkan kata-kata itu kepada Nabi saw. Maka Allah menurunkan ayat tersebut diatas (S. 2 : 104) sebagai larangan untuk meniru-niru perbuatan kaum yahudi.
*Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari as-Suddi.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kata “Ra’ina” dalam bahasa yahudi berarti caci maki yang jelek. Sehubungan dengan itu ada peristiwa sebagai berikut : Ketika kaum yahudi mendengar sahabat-sahabat Nabi saw. memakai perkataan itu (“Ra’ina), mereka sengaja mengumumkan agar perkataan itu biasa dipergunakan dan ditujukan kepada Nabi saw. Apabila para sahabat Nabi saw. menggunakan kata-kata itu, mereka mentertawakannya. Maka turunlah ayat ini (S. 2 : 104). Ketika salah seorang sahabat, yaitu Sa’d bin Mu’adz mendengar ayat ini, berkatalah ia kepada kaum yahudi : “Hai musuh-musuh Allah! Jika aku mendengar perkataaan itu diucapkan oleh salah seorang diantaramu sesudah pertemuan ini akan kupenggal batang lehernya.
*Diriwayatkan oleh Abu Na’im didalam kitab ad-Dala’il dari as-Suddi as-Shaghir, dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2 : 104) ketika seorang laki-laki berkata : “Ari’ni sam’aka”.
*K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ad-Dlahhak.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa waktu itu ada beberapa orang yahudi mengatakan : “Ari’na sam’aka” yang ditur oleh beberapa orang Islam, akan tetapi Allah membencinya dengan menurunkan ayat ini (S. 2 : 104).
*K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Athiyyah.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika Kaum Muslimin mengucapkan “Ra’ina sam’aka”, datanglah kaum yahudi dan berkata seperti itu. Maka turunlah ayat ini (S. 2 : 104).
*K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2 : 104) sehubungan dengan ucapan “ra’ina”, yaitu bahasa yang dipakai kaum Anshar di zaman jahiliyyah, dan karenanya dilarang oleh ayat ini (S. 2 : 104).
*K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Atha’.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa sesungguhnya orang Arab apabila bercakap dengan salah seorang temannya berkata : “Ari’ni sam’aka”. Kemudian mereka dilarang menggunakan kata-kata itu dengan turunnya ayat ini (S. 2 : 104).
*K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abil-‘Aliah.
مَا نَنْسَخْ مِنْ اٰيَةٍ اَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِّنْهَآ اَوْ مِثْلِهَا ۗ اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ﴿۱۰۶ ۞
Apa saja ayat yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui sesungguhnya Allah kuasa atas segala sesuatu? (S. 2 : 106)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya wahyu pada Nabi saw. kadang-kadang pada malam hari tapi beliau lupa pada siang harinya. Maka Allah turunkan ayat ini (S. 2 : 106) sebagai jaminan bahwa wahyu Allah tidak akan mungkin terlupakan.
*Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.
4. “Raa ‘ina” berarti: Sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. Dikala para sahabat menghadapakan kata-kata ini kepada Rasulullah, orang yahudi memakai pula kata ini dengan digumam seakan-akan menyebut “Raa ‘ina”, padahal yang mereka katakan ialah “Ru’uunah” yang berarti: kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar perkataan “Raa ‘ina” dengan “undzurna” yang juga sama artinya dengan “Raa ‘ina”.